![]()  | 
| Royas Amri (kiri,) Rofiq (kanan) saat pameran SME Kuala Lumpur-2011 | 
Achmad
 Rofiq mengawali kariernya di industri kreatif dengan melahirkan CV 
Kdeep Animation pada pertengahan 2005. Bersama teman kuliahnya, Rofiq 
yang ketika itu berstatus mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual 
Universitas Negeri Malang, mulai menggarap film animasi.
Karya
 pertamanya berjudul Bio Zone dibuat pada 2005. Setahun kemudian, film 
kedua, A Kite, lahir. Film ini diikutsertakan dalam Festival Film 
Animasi Indonesia (FFAI) dan masuk sebagai finalis. Pada ajang Festival 
Film Indonesia (FFI) 2008, A Kite mendapat penghargaan khusus sebagai 
film animasi terbaik.
“Untuk
 Bio Zone memang tidak untuk dipublikasikan, tetapi setelah itu hampir 
seluruh karya saya dapat dinikmati umum,” ucap Rofiq.  Tidak hanya di 
dalam negeri, film-film produksi Kdeep Animation juga berkiprah di luar 
negeri, antara lain di festival Europe on Screen (EOS) dan Japan Asia 
Graph. 
Menggeluti
 dunia animasi tidak lepas dari bakatnya menggambar. Ketika duduk di 
bangku SD dan Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP), dia sering mengikuti 
lomba menggambar. Namun, kegiatan tersebut jarang dilakukan ketika duduk
 di bangku Madrasah Aliyah (setingkat SMA) di Ponpes Miftahul Ulum, 
Kelurahan Kebon Agung, Kota Pasuruan. Barulah ketika kuliah,  hobi 
mencorat-coret kertas dilakukan lagi olehnya.
Kendati
 demikian, dia tidak langsung menekuni dunia animasi. Apalagi orang 
tuanya menginginkan dia menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) selepas lulus
 kuliah. Rofiq baru tergerak membuat film animasi setelah tidak puas 
dengan ilmu desain pada perkuliahan. Setelah film pertama lahir, karya 
demi karya pun akhirnya dihasilkan.
“Karya-karya
 kita yang lain di antaranya Baby Dian, Catatan Dian, dan Kuku Rock,” 
ujarnya. Kepiawaian di bidang animasi ini pula yang membawa Rofiq 
mendapat penghargaan Pemenang I Wirausaha Muda Mandiri 2010 kategori 
Mahasiswa Program Pascasarjana dan Alumni bidang Industri Kreatif yang 
digelar Bank Mandiri.
Bergelut
 di dunia kreatif bukannya tanpa tantangan. Menurut dia, di Indonesia 
produksi film animasi kurang  mendapatkan dukungan pemerintah. ”Padahal 
kalau mau berbicara tentang industri kreatif, produksi film animasilah 
salah satu objeknya,” jelasnya.
Dia
 mengatakan, untuk membuat sebuah film animasi dibutuhkan waktu lima 
hingga enam bulan, bahkan sampai setahun. Proses produksinya pun juga 
melibatkan banyak pihak, mulai dari penulis naskah, sutradara, dubber, 
editor, dan tenaga terampil lainnya. Lebih dari itu, film animasi juga 
membutuhkan dana besar. Di sisi lain, dukungan dari pemerintah belum 
begitu terlihat. “Modal awal kita Rp50 juta. Setiap menang dalam 
perlombaan hadiahnya kita buat untuk menambah peralatan kerja,” katanya.
Mengikuti
 ajang Wirausaha Muda Mandiri, menurut Rofiq, menjadi salah satu 
stimulus keberhasilan usahanya. Selama 2011, misalnya, dia menerima 
banyak bimbingan dan pembinaan dari Bank Mandiri tentang bagaimana 
meningkatkan usaha. Lewat program ini, dia juga bisa mengikuti pameran 
di Singapura dan Malaysia.
“Banyak
 pengalaman diperoleh saat mengikuti program Wirausaha Muda Mandiri. 
Yang penting sekarang ini saya merasa lebih percaya diri setelah bekerja
 sama dengan Bank Mandiri,” ungkap dia.
Seiring
 pertumbuhan usahanya, pada 2011 Kdeep Animation diubah menjadi PT 
Digital Global Maxinema (DGM). Jenis usaha yang ditekuninya pun semakin 
beragam, mulai dari pembuatan iklan, company profile, serial film 
animasi untuk tayangan televisi, termasuk pembuatan video klip. Salah 
satu video klip yang sudah dikerjakan milik grup band Padi berjudul Yang
 Terluka.
“Karena
 tuntutan bisnis yang terus berkembang itupula alasan kita pindah 
kantor,” kata dia. Rofiq menuturkan, semula kantor Kdeep Animation 
berukuran kecil di Jalan Candi Mendut Selatan No 6 Kota Malang, sekarang
 di Jalan Kebon Jeruk V No 9, Kota Malang. Rofiq kini juga memimpin 15 
orang karyawan.
Tidak
 hanya itu, selama enam tahun menjalankan usaha, tahun lalu PT DGM 
meraup omzet Rp1 miliar per tahun. Pada tahun ini Rofiq menargetkan 
omzet perusahaannya mencapai Rp5 miliar. “Peningkatan kinerja perusahaan
 ini berkat pembinaan Bank Mandiri,” ujarnya.
Yang
 membanggakan lagi, selain kantor di Malang yang difungsikan sebagai 
tempat produksi, PT DGM juga memiliki kantor di Jakarta dan Surabaya. 
“Kantor di Jakarta sebagai tempat marketing adapun kantor di Surabaya 
sebagai tempat riset. Target kita tahun ini harus bisa menembus pasar 
internasional,” papar Rofiq.
Dalam
 hal ini yang dibidik adalah Singapura. Rofiq mengaku ingin membuka 
kantor di negeri tetangga itu sebagai bukti karya anak negeri ini tidak 
kalah dengan produk luar negeri. “Semangat kami termotivasi dari para 
pendiri Candi Borobudur. Dulu dengan keterbatasan teknologi, para 
seniman mampu memahat batu menjadi bangunan candi. Relief cerita 
Ramayana yang terukir di dinding candi Borobudur merupakan contoh sebuah
 hasil produk animasi. Semangat itulah yang menjadikan kita tetap 
bersemangat untuk terus berkarya,” papar pria yang mengaku terinspirasi 
membuat animasi dari kakeknya yang suka mendongeng dan menggambar. 
Source :http://wirausahamandiri.co.id/sukses-5-Achmad%20Rofiq%20:%20Menuai%20Untung%20dan%20Prestasi%20dari%20Film%20Animasi.html

No comments:
Post a Comment